Subscribe:

Thursday 28 January 2016

Sejarah Agama Hindu (Peradaban Lembah Sungai Sindhu)



Agama Hindu merupakan salah satu Agama tertua di dunia, Perkembangan Agama Hindu di India dimulai pada peradaban lembah sungai Sindhu ( 3000 SM-2000 SM ), dimana pada masa tersebut sudah terdapat suatu peradaban yang sangat maju yang dibangun oleh penduduk asli India, yang kemudian diketahui bahwa penduduk asli tersebut adalah suku bangsa Dravida yang memiliki ciri-ciri: beerkulit hitam, berhidung pesek, berambut keriting dan berbadan pendek. Terdapat dua meninggalan arkeologis yang sangat penting yaitu penemuan situs mahenjodaro dan Harappa, peninggalan-peninggalan situs ini membuktikan bahwa pada penduduk bangsa Dravida memiliki suatu peradaban yang sangt tinggi dan terstruktur. Agama bangsa Dravida atau Agama lembah sungai Sindhu memberikan pengaruh yang sangat besar bagi Agama dan kebudayaan Weda yang berkembang belakangan, bersamaan dengan datangnya bangsa
Arya ke India. Kebudayaan lembah sungai Sindhu perlahan-lahan mempengaruhi kebudayaan bangsa Arya sehingga terjadi akulturasi antara kebudayaan lembah sungai Sindhu dengan kebudayaan bangsa Arya (kebudayaan Agama Weda), walaupun pada akhirnya kebudayaan Wedalah yang lebih mendominasi. Pengaruh peradaban sungai Sindhu terhadap Agama Weda dapat dijelaskan melalui ciri-ciri penting Agama bangsa Dravida, sebagai berikut:

a.       Pemujaan kepada Dewi Ibu (Mother Goddness)
Dewi Ibu
Ciri-ciri yang sangat menonjol dalam kepercayaan bangsa Dravida adalah pemujaan pada Dewi Ibu ( Mother Goddness), bukti adanya ciri pemujaan ini tersebar di sekitar lembah sungai Sindhu, bahkan meluas jauh dari lembah sungai Sindhu. Dewi Ibu (Mother Goddness) digambarkan sebagai wanita gemuk yang  telanjang dengan posisi mengangkang, tengkurap, terlentang dan berdiri, dari tubuhnya keluar tumbuh-tumbuhan. Bangsa Dravida percaya bahwa Dewi Ibu (Mother Goddness) merupakan sumber dari semua ciptaan selain itu juga dipercaya sebagai dewi kesuburan, penguasa tumbuh-tumbuhan, penguasa dan pemberi kekuatan magis.
b.      Pemujaan kepada Dewa Purusha (Male God)
Bersama dengan pemujaan kepada Dewi Ibu ( Mother Goddness) juga dipuja dewa laki-laki atau Dewa Purusha (Male God) dalam salaah satu materai (seal). Ditemukan sebuah ukiran yang berwujud manusia bertanduk dua memakai ikat kepala dan dikelilingi oleh beberapa binatang. Wujud ukiran tersebut menyerupai orang yang sedang bermeditasi atau beryoga, wujud ini di anggap sebagai cikal bakal shiwa sebagai shiwa yogiswara. Wujud orang yang bermeditasi yang ditemukan di lembah sungai Sindhu sangat sesuai dengan sebutan Shiwa Mahayogi atau Shiwa Yogiswara dalam Agama Hindu. Kemudian, sebagai Pasupati dapat dijelaskan dengan adanya binatang-binatang disekitarnya. Perwujudan dewa laki-laki sebagai Dewa Pasupati juga dapat dilihat dari dua buah tanduk dan jata, yang mengingatkan dengan konsep trisula. Eksistensi yang serupa dewa pasupati atau dewa  shiwa kemudian diperkuat dengan bukti ditemukan sebuah batu yang menyerupai lingga (Mujamdar, 1998:25)
c.       Pemujaan Lingga (Ithy-Phallicism)
Pemujaan lingga merupakan penemuan penting dari kebudayaan lembah sungai Sindhu, kepercayaan ini dianggap lebih primitive dari pemujaan patung (iconic worship). Bukti adanya pemujaan pada lingga ini ditandai dengan penemuan batu berbentuk pallus (alat kelamin laki-laki) yang berbentuk kerucut dan silinder. Wujud lingga ini banyak dipuja oleh umat Hindu sampai sekarang (Rajeev, 1990:12)
d.      Pemujaan kepada pohon dan binatang
Pemujaan kepada pohon ditandai dengan ditemukannya bukti berupa gambar-gambar pohon bersama-sama dengan dengan wujud manusia dengan atribut-atributnya. Terdapat beberapa pohon yang dilukskan dalam materai (seal) antara lain: pohon pipal, beringin, akasia (Luniya, 2002:31). Sementara itu tanda-tanda adanya pemujaan pada binatang ditandai dengan adanya gambar-gambar seperti ular, lembu, harimau, kerbau, badak, gajah, dan binatang aneh bertanduk satu (unicorn) (Mahajan, 2001:69). Terdapat beberapa pendapat mengenai kemungkinan tujuan dan fungsi pemujaan kepada binatang ini, antara lain: (a) sebagai pemujaan kepada pohon atau binatangitu sendiri (animism dan dinamisme), (b) sebagai kendaraan dewa tertentu, (c) sebagai simbol-simbl yang berkaitan dengan dewa tertentu . pendapat ini dapat dipahami karena binatang-binatang yang dipuja oleh orang-orang di lembah sungai Sindhu ini memiliki keserupaan ddengan wahaa dewa-dewa yang dipuja dalam kesusastraan Weda berikutnya. Seperti misalnya, lembu sebagai wahana Dewa Shiwa, harimau sebagai wahana Dewi Duga, gajah sebagai wahana Dewa Indra.
e.       Pemujaan pada Patung dan Arca (Iconism)
Pemujaan terhadap patung meerupakan salah satu yang terpenting dalam kebudayaan lembah sungai Sindhu yang tidak dikenal dalam Agama Weda (Luniya,  2001:33). Bukti adanya pemujaan patung ini ditandai dengan ditemukannya sebuah patung yang menyerupai seorang yogi, dengan ciri-ciri mata memicing melihat ujung hidung (Mahajan, 2002:63).
Agama lembah sungai Sindhu menunjukan adanya bentuk religi awal pada zaman India kuno.kepercayaan lembah sungai Sindhu memiliki kesamaan dengan kepercayaan dalam Agama Hindu. Perkembangan Agama dan kebudayaan Hindu buakanlah semata-mata warisan dari peradaban bangsa Arya akan tetapi merupakan perpaduan dari berbagai kebudayaan dan sumbangan peradaban lembah sungai Sindhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting.

0 comments:

Post a Comment