Agama
Hindu merupakan salah satu Agama tertua di dunia, Perkembangan Agama Hindu di India
dimulai pada peradaban lembah sungai Sindhu ( 3000 SM-2000 SM ), dimana pada
masa tersebut sudah terdapat suatu peradaban yang sangat maju yang dibangun
oleh penduduk asli India, yang kemudian diketahui bahwa penduduk asli tersebut
adalah suku bangsa Dravida yang memiliki ciri-ciri: beerkulit hitam, berhidung
pesek, berambut keriting dan berbadan pendek. Terdapat dua meninggalan
arkeologis yang sangat penting yaitu penemuan situs mahenjodaro dan Harappa,
peninggalan-peninggalan situs ini membuktikan bahwa pada penduduk bangsa Dravida
memiliki suatu peradaban yang sangt tinggi dan terstruktur. Agama bangsa Dravida
atau Agama lembah sungai Sindhu memberikan pengaruh yang sangat besar bagi Agama
dan kebudayaan Weda yang berkembang belakangan, bersamaan dengan datangnya
bangsa
Arya ke India. Kebudayaan lembah sungai Sindhu perlahan-lahan
mempengaruhi kebudayaan bangsa Arya sehingga terjadi akulturasi antara
kebudayaan lembah sungai Sindhu dengan kebudayaan bangsa Arya (kebudayaan Agama
Weda), walaupun pada akhirnya kebudayaan Wedalah yang lebih mendominasi.
Pengaruh peradaban sungai Sindhu terhadap Agama Weda dapat dijelaskan melalui
ciri-ciri penting Agama bangsa Dravida, sebagai berikut:
a. Pemujaan
kepada Dewi Ibu (Mother Goddness)
Dewi Ibu |
Ciri-ciri
yang sangat menonjol dalam kepercayaan bangsa Dravida adalah pemujaan pada Dewi
Ibu ( Mother Goddness), bukti adanya ciri pemujaan ini tersebar di sekitar
lembah sungai Sindhu, bahkan meluas jauh dari lembah sungai Sindhu. Dewi Ibu
(Mother Goddness) digambarkan sebagai wanita gemuk yang telanjang dengan posisi mengangkang,
tengkurap, terlentang dan berdiri, dari tubuhnya keluar tumbuh-tumbuhan. Bangsa
Dravida percaya bahwa Dewi Ibu (Mother Goddness) merupakan sumber dari semua
ciptaan selain itu juga dipercaya sebagai dewi kesuburan, penguasa
tumbuh-tumbuhan, penguasa dan pemberi kekuatan magis.
b. Pemujaan
kepada Dewa Purusha (Male God)
Bersama
dengan pemujaan kepada Dewi Ibu ( Mother Goddness) juga dipuja dewa laki-laki
atau Dewa Purusha (Male God) dalam salaah satu materai (seal). Ditemukan sebuah
ukiran yang berwujud manusia bertanduk dua memakai ikat kepala dan dikelilingi
oleh beberapa binatang. Wujud ukiran tersebut menyerupai orang yang sedang
bermeditasi atau beryoga, wujud ini di anggap sebagai cikal bakal shiwa sebagai
shiwa yogiswara. Wujud orang yang bermeditasi yang ditemukan di lembah sungai
Sindhu sangat sesuai dengan sebutan Shiwa Mahayogi atau Shiwa Yogiswara dalam Agama
Hindu. Kemudian, sebagai Pasupati dapat dijelaskan dengan adanya binatang-binatang
disekitarnya. Perwujudan dewa laki-laki sebagai Dewa Pasupati juga dapat
dilihat dari dua buah tanduk dan jata, yang mengingatkan dengan konsep trisula.
Eksistensi yang serupa dewa pasupati atau dewa
shiwa kemudian diperkuat dengan bukti ditemukan sebuah batu yang menyerupai
lingga (Mujamdar, 1998:25)
c. Pemujaan
Lingga (Ithy-Phallicism)
Pemujaan
lingga merupakan penemuan penting dari kebudayaan lembah sungai Sindhu,
kepercayaan ini dianggap lebih primitive dari pemujaan patung (iconic worship).
Bukti adanya pemujaan pada lingga ini ditandai dengan penemuan batu berbentuk
pallus (alat kelamin laki-laki) yang berbentuk kerucut dan silinder. Wujud
lingga ini banyak dipuja oleh umat Hindu sampai sekarang (Rajeev, 1990:12)
d. Pemujaan
kepada pohon dan binatang
Pemujaan
kepada pohon ditandai dengan ditemukannya bukti berupa gambar-gambar pohon
bersama-sama dengan dengan wujud manusia dengan atribut-atributnya. Terdapat
beberapa pohon yang dilukskan dalam materai (seal) antara lain: pohon pipal,
beringin, akasia (Luniya, 2002:31). Sementara itu tanda-tanda adanya pemujaan
pada binatang ditandai dengan adanya gambar-gambar seperti ular, lembu,
harimau, kerbau, badak, gajah, dan binatang aneh bertanduk satu (unicorn)
(Mahajan, 2001:69). Terdapat beberapa pendapat mengenai kemungkinan tujuan dan
fungsi pemujaan kepada binatang ini, antara lain: (a) sebagai pemujaan kepada
pohon atau binatangitu sendiri (animism dan dinamisme), (b) sebagai kendaraan
dewa tertentu, (c) sebagai simbol-simbl yang berkaitan dengan dewa tertentu .
pendapat ini dapat dipahami karena binatang-binatang yang dipuja oleh
orang-orang di lembah sungai Sindhu ini memiliki keserupaan ddengan wahaa
dewa-dewa yang dipuja dalam kesusastraan Weda berikutnya. Seperti misalnya,
lembu sebagai wahana Dewa Shiwa, harimau sebagai wahana Dewi Duga, gajah
sebagai wahana Dewa Indra.
e. Pemujaan
pada Patung dan Arca (Iconism)
Pemujaan
terhadap patung meerupakan salah satu yang terpenting dalam kebudayaan lembah
sungai Sindhu yang tidak dikenal dalam Agama Weda (Luniya, 2001:33). Bukti adanya pemujaan patung ini
ditandai dengan ditemukannya sebuah patung yang menyerupai seorang yogi, dengan
ciri-ciri mata memicing melihat ujung hidung (Mahajan, 2002:63).
Agama lembah sungai
Sindhu menunjukan adanya bentuk religi awal pada zaman India kuno.kepercayaan
lembah sungai Sindhu memiliki kesamaan dengan kepercayaan dalam Agama Hindu.
Perkembangan Agama dan kebudayaan Hindu buakanlah semata-mata warisan dari
peradaban bangsa Arya akan tetapi merupakan perpaduan dari berbagai kebudayaan
dan sumbangan peradaban lembah sungai Sindhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting.
0 comments:
Post a Comment