Subscribe:

Thursday 28 January 2016

Sejarah Agama Hindu (Zaman Weda (2000SM-1000 SM))

Peradaban lembah sungai Sindhu dilanjutkan oleh bangsa Arya dengan kebudayaan dan Agama Wedanya, yang seiring berjalannya waktu mengalami akulturasi dengan peradaban lembah sungai Sindhu atau Agama lembah sungai Sindhu.
            Zaman Weda umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu zaman rig Weda atau zaman Weda awal dan zaman Weda akhir. Periodisasi zaman Weda sampai saat ini masih menjadi pertanyaan banyak pihak, mengingat tidak adanya catatan tertulis mengenai kapan kitab suci tersebut diwahyukan, akhirnya muncul berbagai perkiraan tentang awal berlangsungnya zaman Weda,
antara lain max Mueller (1200 SM- 1000SM); Winternitz (1200SM-1000SM);Macdonell (1000SM); PaRgiter (2000 SM); Grifith (1500 SM);Tilak (6000SM);A.C Dass (3500 Sm); Dinanath Shastri (20000SM); dan Svami Dayananda Saraswati (1927.947.990 SM). Namun pada umumnya kalangan sejarah berpandapat bahwa zaman Weda diperkirakan berlangsung antara tahun 2000SM-1000SM.
Zaman Weda merupakan zaman penulisan wahyu suci Weda yang pertama yaitu rig Weda. Kehidupan berAgama pada zaman ini didasarkan atass ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab suci Weda. Weda merupakan kitab suci Agama Hindu dan sumber ajaran dari Agama Hindu. Semua ajaran bernafaskan Weda, Weda menjiwai setiap ajaran Agama Hindu. Weda merupakan wahyu atau sabda suci dari brahman, yang diyakini umatnya sebagai anandi Ananta yakni tidak berawal dan tidak berakhir, tidak diketahui kapan Weda tersebut diturunkan dan berlaku sepanjang masa.
Wahyu suci Weda diterima oleh manusia-manusia unggul yang disebut dengan Maharsi, Maharsi adalah orang-orang suci yang dapat berhubuungan dengan Tuhan/ Brahman. Pada Agama Hindu Maharsi penerima wahyu tersebut tidaklah hanya seorang saja melainkan beberapa Maharsi, dan yang paling terkenal disebut dengan sapta Rsi, yaitu tujuh Rsi penerima wahyu suci:
  1. Rsi Grtsamada  
  2. Rsi Wiswamitra  
  3. Rsi Atri 
  4. Rsi Bharadwaja  
  5. Rsi Wasistha 
  6. Rsi Kanwa  
  7. Rsi Wamadewa
      Selain Sapta Rsi tersebut dikenal pula dengan dua puluh Sembilan Maharsi penerima wahyu yang disebut dengan Navavimsati Krtyasca Wedavyastha Maaharsihbih antara lain: Maharsi Swayambhu, Maharsi Daksa, Maharsi Usana, Maharsi  Aditya, Maharsi Wrhaspati Maharsi Mrtyu, Maharsi Indra, Maharsi Wasistha, Maharsi Saraswata, Maharsi Tridhatu Maharsi Tridrta, Maharsi Sandyaya, Maharsi Dharma, Maharsi Triyaguna, Maharsi Dhananjaya Maharsi Kertayaya,Maharsi Ranajaya, Maharsi Gotama, Maharsi Utamana, Maharsi Parasara, Maharsi Vyasa
Menurut tradisi Hindu, Maharsi terbesar dan sangat banyak jasanya dalam menghimpun dan mengkondifikasikan Weda adalah Maharsi Vyasa yang dibantu oleh keempat orang murid beliau yaitu:

  1. Maharsi Paila atau yang disebut juga Maharsi Pulaha menyusun Rg Weda Samhita
  2. Maharsi Vaisampayana menyusun Yajur Weda Samhita 
  3. Maharsi Jaimini menyusun Sama Weda Samhita 
  4. Maharsi Sumantu menyusun Atharwa Weda Samhita
       Selama upacara yajna keempat kitab suci Catur Weda diucapkan dan dinyanyikan. Mantra-mantra dalam kitab suci Rg Weda diucapkan oleh pendeta yang disebut Hotri. Mantra-mantra dalam kitab sama Weda dinyanyikan oleh pendeta yang disebut Udgatri. Mantra-mantra dalam kitab yajur Weda dinyanyikan oleh pendeta yang disebut Advaryu. Mantra-mantra dalam kitab atharwa Weda diucapkan oleh pendeta yang disebut Brahmana. Selain sebagai pelantun mantra-mantra atharwa Weda, Brahmana juga memimpin upacara yajna.
          Pada zaman Weda akhir setiap upacara yajna harus dilakukan berdasarkan petunjuk dari kitab yajur Weda. Terdapat lebih dari sepuluh macam upacara yajna besar yang harus dilakukan. Salah satunya yang terpenting adalah upacara Caturmasya yajna. Yajna ini dilakukan untuk memuja dewa Varuna. Pada upacara ini pendeta tertentu mempersembahkan havi, kedalam api pemujaan yang disebut havanyagni atau homa atau agnihotra, baik diselatan maupun di utara altar pemujaan. Setelah itu, pendeta akan memanggil istri dari si pembuat yajna dan memintanya untuk menyatakan dosa yang pernah dilakukan (Datta. 19950:48). upacara Catur Masya ini disebutkan dalam kitab suci Yajur Weda, akan tetapi tidak dilakukan pada zaman Rg Weda. Ini berarti pada zaman Yajur Weda muncul ajaran etika pengakuan dosa. Etika mengakuan dosa tidak ditemukan dalam Rg Weda. Dalam Rg Weda hanya ditemukan istilah pertobatan. Dengan demikian, dalam upacara yajna muncul perubahan peraaturan baru mengenai etika yang tidak ditemukan pada zaman sebelumnya. Etika bertobat dalam kitab suci Rg Weda, pada zaman yajur Weda berubah menjadi pengakuan dosa (Grisworld, 1999:341-342).
  

0 comments:

Post a Comment