Peradaban lembah sungai
Sindhu dilanjutkan oleh bangsa Arya dengan kebudayaan dan Agama Wedanya, yang
seiring berjalannya waktu mengalami akulturasi dengan peradaban lembah sungai
Sindhu atau Agama lembah sungai Sindhu.
Zaman Weda umumnya dibagi menjadi
dua periode yaitu zaman rig Weda atau zaman Weda awal dan zaman Weda akhir.
Periodisasi zaman Weda sampai saat ini masih menjadi pertanyaan banyak pihak,
mengingat tidak adanya catatan tertulis mengenai kapan kitab suci tersebut
diwahyukan, akhirnya muncul berbagai perkiraan tentang awal berlangsungnya
zaman Weda,
antara lain max Mueller (1200 SM- 1000SM); Winternitz
(1200SM-1000SM);Macdonell (1000SM); PaRgiter (2000 SM); Grifith (1500 SM);Tilak
(6000SM);A.C Dass (3500 Sm); Dinanath Shastri (20000SM); dan Svami Dayananda
Saraswati (1927.947.990 SM). Namun pada umumnya kalangan sejarah berpandapat
bahwa zaman Weda diperkirakan berlangsung antara tahun 2000SM-1000SM.
Zaman
Weda merupakan zaman penulisan wahyu suci Weda yang pertama yaitu rig Weda.
Kehidupan berAgama pada zaman ini didasarkan atass ajaran-ajaran yang tercantum
dalam kitab suci Weda. Weda merupakan kitab suci Agama Hindu dan sumber ajaran
dari Agama Hindu. Semua ajaran bernafaskan Weda, Weda menjiwai setiap ajaran Agama
Hindu. Weda merupakan wahyu atau sabda suci dari brahman, yang diyakini umatnya
sebagai anandi Ananta yakni tidak berawal dan tidak berakhir, tidak diketahui
kapan Weda tersebut diturunkan dan berlaku sepanjang masa.
Wahyu
suci Weda diterima oleh manusia-manusia unggul yang disebut dengan Maharsi, Maharsi
adalah orang-orang suci yang dapat berhubuungan dengan Tuhan/ Brahman. Pada Agama
Hindu Maharsi penerima wahyu tersebut tidaklah hanya seorang saja melainkan
beberapa Maharsi, dan yang paling terkenal disebut dengan sapta Rsi, yaitu
tujuh Rsi penerima wahyu suci:
- Rsi Grtsamada
- Rsi Wiswamitra
- Rsi Atri
- Rsi Bharadwaja
- Rsi Wasistha
- Rsi Kanwa
- Rsi Wamadewa
Selain
Sapta Rsi tersebut dikenal pula dengan dua puluh Sembilan Maharsi penerima
wahyu yang disebut dengan Navavimsati Krtyasca Wedavyastha Maaharsihbih antara
lain: Maharsi Swayambhu, Maharsi Daksa, Maharsi Usana, Maharsi Aditya, Maharsi Wrhaspati Maharsi Mrtyu, Maharsi
Indra, Maharsi Wasistha, Maharsi Saraswata, Maharsi Tridhatu Maharsi Tridrta, Maharsi
Sandyaya, Maharsi Dharma, Maharsi Triyaguna, Maharsi Dhananjaya Maharsi
Kertayaya,Maharsi Ranajaya, Maharsi Gotama, Maharsi Utamana, Maharsi Parasara,
Maharsi Vyasa
Menurut tradisi Hindu, Maharsi
terbesar dan sangat banyak jasanya dalam menghimpun dan mengkondifikasikan Weda
adalah Maharsi Vyasa yang dibantu oleh keempat orang murid beliau yaitu:
- Maharsi Paila atau yang disebut juga Maharsi Pulaha menyusun Rg Weda Samhita
- Maharsi Vaisampayana menyusun Yajur Weda Samhita
- Maharsi Jaimini menyusun Sama Weda Samhita
- Maharsi Sumantu menyusun Atharwa Weda Samhita
Pada
zaman Weda akhir setiap upacara yajna harus dilakukan berdasarkan petunjuk dari
kitab yajur Weda. Terdapat lebih dari sepuluh macam upacara yajna besar yang
harus dilakukan. Salah satunya yang terpenting adalah upacara Caturmasya yajna.
Yajna ini dilakukan untuk memuja dewa Varuna. Pada upacara ini pendeta tertentu
mempersembahkan havi, kedalam api
pemujaan yang disebut havanyagni atau
homa atau agnihotra, baik diselatan maupun di utara altar pemujaan. Setelah
itu, pendeta akan memanggil istri dari si pembuat yajna dan memintanya untuk
menyatakan dosa yang pernah dilakukan (Datta. 19950:48). upacara Catur Masya ini
disebutkan dalam kitab suci Yajur Weda, akan tetapi tidak dilakukan pada zaman Rg
Weda. Ini berarti pada zaman Yajur Weda muncul ajaran etika pengakuan dosa.
Etika mengakuan dosa tidak ditemukan dalam Rg Weda. Dalam Rg Weda hanya
ditemukan istilah pertobatan. Dengan demikian, dalam upacara yajna muncul
perubahan peraaturan baru mengenai etika yang tidak ditemukan pada zaman sebelumnya.
Etika bertobat dalam kitab suci Rg Weda, pada zaman yajur Weda berubah menjadi
pengakuan dosa (Grisworld, 1999:341-342).
0 comments:
Post a Comment